I. Perilaku Individu
Perilaku individu merupakan suatu
perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu atau cara ia bertindak terhadap
suatu kegiatan dengan menggunakan keterlampilan atau otak mereka. Adanya
keterlampilan tidak terpisah dari latar belakang atau pengetahuan. Di dalam
suatu organisasi perilaku individu mencerminkan setiap perilaku manajer
terhadap bawahannya dimana jika ia memperlakukan bawahannya denagn baik maka
suatu hubungan antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik pula sehingga
jalinan kerjasama di dalam organisasipun bisa berjalan dengan baik. Menurut
Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah sesuatu yang dikerjakan
seseorang, seperti berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja,
menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang ke dalam gudang dan
lain sebagainya.
Perilaku merupakan fungsi interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Perilaku ditentukan oleh 2 faktor
atau karakteristik, yaitu karakteristik individu dan karakteristik lingkungan .
- Karakteristik individu yang berpengaruh terhadap perilaku individu : kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengharapan dan pengalaman masa lalunya.
- Karakteristik lingkungan (organisasi) yang berpengaruh : hirarki, tugas, wewenang, sistem reward, sistem kontrol dan lain sebagainya.
Dari teori kepribadian yang
dikemukakan oleh Sigmund Freud, memberikan 3 komponen dasar perilaku individu ,
diantaranya adalah :
- Konsepsi Id : subsistem dari kepribadian yang merupakan sumber dan menampung semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu sistem. Libido dan Agresi adalah elemen kepribadian dari unsur Id yang berkenaan dengan kata hati, hasrat dan keinginan untuk mengejar kesenangan & kepuasan.
- Konsepsi Ego : mewakili logika yang dihubungkan dengan prinsip-rinsip realitas dan merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani sekaligus mengendalikan (penengah) dua sisi lainnya (Id & Super Ego), dengan cara berinteraksi dengan dunia atau lingkungan luar.
- Konsepsi Super Ego : kekuatan moral dari personalitas yang merupakan sumber nilai, norma dan etika yang dianut seseorang dan memungkinkan ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Jika seseorang memiliki superego yang baik, maka orang tersebut akan memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi.
Perilaku individu tidak hanya
ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan dari lahir, tetapi juga
dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kompetensi) serta
situasi lingkungan. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses
pembelajaran.
II. Perbedaan Individual
Setiap manusia berbeda perilakunya
karena :
- Manusia berbeda karena berbeda kemampuannya. Setiap manusia memiliki perbedaan dalam berperilaku karena teori pertama menyatakan perbedaan itu dibawanya sejak lahir, teori kedua karena proses penyerapan informasi yang berbeda dari individu tersebut. bahkan kedua teori tersebut mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak.
- Manusia berbeda perilakunya karena adanya perbedaan kebutuhan. Hal ini merupakan bagian dari teori motivasi yang di temukan oleh para ilmuwan psikologi seperti, Maslow, Mcleland,McGregor, dan lain-lain. yang pasti kebutuhan manusia menjadi motif secara intrinsik individu tersebut dalam berperilaku.
- Manusia Berbeda karena mempunyai lingkungan yang berbeda dalam mempengaruhinya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia, suatu keputusan yang di buat oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa yang terjadi di luar dari dirinya dengan kata lain motivasi exsternal berperan disini. lingkungan membentuk manusiam menjadi baik kah atau menjadi jahat, ramah atau sombong, dan lain-lain.
- Manusia berbeda mempunyai masa depan sehingga cara
berpikirnya pun berbeda.
Setiap mimpi yang dibuat oleh manusia mempengaruhi bagaimana individu tersebut berpikir dalam aktivitas kesehariannya dan bagaiman individu tersebut bertindak untuk mencapai tujuan jangka pendek atau jangka panjangnya. - Faktor Like or Dislike with Something. Percaya atau tidak faktor ini juga mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, apabila seseorang tidak suka pada atasannya dalam memimpin, maka apapun yang dikatakan atasan hanya merupakan masukan tidak langsung di lakukan.
- Faktor X. Faktor X ini terjadi diluar kemampuan manusia artinya bahwa segal perilaku akan berubbah oleh karena faktor alam yang tidak dapat di identifikasi penyebabnya. maka apabial ada perubahan perilaku manusia dan tidak dapat di pahami penyebabnya hal itu terjadi karena segala sesuatu telah di tentukan oleh Allah SWT.
Dari penjelasan diatas dapat
dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda, dari perbedaan itu pula yang
menyebabkan adanya interaksi sosial diantara manusia. Terkadang manusia merasa
nyaman dengan perbedaan tetapi ada juga yang tidak merasa nyaman dalam
perbedaan yang ada.
Perbedaan individu berarti bahwa
manajemen dapat memperoleh motivasi terbesar dikalangan para pegawai dengan
memperlakukan mereka secara berbeda. Apabila bukan karena perbedaan individual
tentu dapat diterapkan standar tertentu yang berlaku untuk semua orang dalam
hal manajemen pegawai. Perbedaan individu mengharapkan bahwa keadilan dan
kepantasan perlakuan terhadap para pegawai sepantasnya bersifat individual.
III. Karakteristik organisasi dan pengaruhnya
terhadap individu
Dalam ilmu management, seorang
manager harus mengetahui perilaku individu. Dimana setiap individu ini tentu
saja memiliki karakteristik individu yang menentukan terhadap perilaku
individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah motivasi individu.
Karakteristik individu dalam
organisasi antara lain :
1. Karakteristik biografis yaitu
karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, dan status kawin yang
objektif dan masa kerja.
2. Kemampuan yaitu kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan
intelektual, merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan
mental. misalnya : berpikir,menganalisis, memahami. yang mana dapat diukur
dalam berbrntuk tes (tes IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda.
Kemampuan fisik, merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang
menuntut stamina, kecekatan dan kekuatan.
3. Kepribadian merupakan cara
individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. kepribadian terbentuk dari
faktor keturunan, juga lingkungan (budaya, norma keluarga dan pengaruh
lainnya), dan juga situasi. ciri dari kepribadian adalah: merupakan
karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku seorang individu, seperti
sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia.
4. Proses belajar (pembelajaran)
adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami
bagaimana orang belajar.
belajar adalah : setiap perubahan
yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
- belajar melibatkan perubahan (baik ataupun buruk)
- perubahan harus relatif permanen
- belajar berlangsung jika ada perubahan tindakan / perilaku
- beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk belajar. pengalaman dapat diperoleh lewat pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau lewat praktek.
5. Persepsi
6. Sikap adalah pernyataan atau
pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak menguntungkan) mengenai objek,
orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai
sesuatu. Dalam perilaku organisasi, pemahaman atas sikap penting, karena sikap
mempengaruhi perilaku kerja.
komponen sikap :
kognitif, segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap
afektif, segmen emosional dari suatu sikap
perilaku,suatu maksud untuk perilaku dalam suatu cara tertentu
terhadap seseorang atau sesuatu7. Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum
seorang individu terhadap pekerjaannya. atau persaan senang atau tidak senang
terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja mempengaruhi sikap.
apa yang menetukan kepuasan kerja ?
- kerja yang secara mental menantang. kesempatan menggunakan ketrampilan / kemampuan, tugas yang beragam, kebebasan, dan umpan balik.
- ganjaran yang pantas. sistem upah dan kebijakan promosi yang adil.
- kondisi kerja yang mendukung. lingkungan kerja yang aman, nyaman, fasilitas yang memadai.
- rekan kerja yang mendukung. rekan kerja yang ramah dan mendukung, atasan yang ramah, memahami, menghargai dan menunjukan keberpihakan kepada bawahan.
- kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. bakat dan kemampuan karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan.
- kepuasan kerja yang rendah, mengakibatkan keluhan, absensi, dan tingkat turnover tinggi. Namun membuat tingkat produktifitas rendah juga.
IV. Pendekatan-pendekatan untuk
memahami perilaku individu
Pendekatan yang sering dipergunakan
untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan
psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari;
penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di
dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan.
Pendekatan kognitif menekankan
mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang
lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement)
menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang
sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon
perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan
peranan sistem personalitas di dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan
dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk
memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku
dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada struktur
kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan
bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya
perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis,
perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak
tercapainya keinginan.
3. Proses.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa
kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang saling
menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian
(inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi
ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan
yang beraksi dalam diri individu mengundang respon yang ditentukan oleh
sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan
kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis,
keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah
pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam
menentukan Perilaku
Pendekatan kognitif tidak
memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu hanya menentukan
pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan masa
sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya
dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat
historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi
suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis,
masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif penting bagi
perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego ditentukan oleh
interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran
Dalam pendekatan kognitif memang ada
aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam kegiatan mental yang sadar
seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada
perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan
menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan
apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti
dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan
berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir
sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari
Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data.
Dalam pendekatan kognitif, data atas
sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey
dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur
stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat
observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi
Pendekatan psikoanalitis menggunakan
data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari
keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan
hipnotis.
V. Persepsi dan komunikasi
Persepsi merupakan suatu proses
dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan
indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungannya.
Distorsi persepsi (penyimpangan
persepsi) :
- persepsi selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.
- efek halo, menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal (kesan pertama)
- efek kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.
- proyeksi, menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang lain.
- stereotype, menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari orang tersebut (menggeneralisasikan).
Salah satu kekuatan yang paling
menghambat suksesnya kinerja kelompok adalah kurangnya berkomunikasi dengan
baik. Fungsi komunikasi dalam organisasi ada 4, yaitu:
- sebagai pengendalian
- motivasi
- pengungkapan emosi
- informasi.
Proses komunikasi meliputi
langkah-langkah antara sumber dan penerima yang menghasilkan penyampaian dan
pemahaman makna. Komunikasi antara pribadi meliputi metode dasar yang
mengandalkan:
- Komunikasi lisan, seperti pidato, percakapan dua orang, diskusi kelompok.
- Komunikasi tertulis, seperti memo, surat, email, laporan berkala organisasi, mengirim faksimili.
- Komunikasi non verbal, seperti gerakan tubuh yang propokatif yang mempunyai arti, ekspresi wajah.
Jadi komunikasi juga sangat
berpengaruh terhadap sikap individu dalam organisasi.
Referensi:
Agung.(2008).Dasar-dasar
Perilaku Individu [online].Tersedia: http://agungpia.multiply.com /journal/item/23.html
(diakses tanggal 28 September 2010)
Keith
Davis & John W. Newstrom.(1993).Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta:
Erlangga.
Setiawati,
Ira.(2009). Pembelajaran dan Perilaku Individu dalam Organisasi
[online].Tersedia: http://irasetiawati.wordpress.com/2009/04/30/kepribadian-individu-dan-perilakunya-dalam-organisasi.html
(diakses tanggal 28 September 2010)
Thoha,
Miftah.(2008). Perilaku ORGANISASI Konsep Dasar dan Aplikasinya
[online].Tersedia:http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1847754-perilaku-organisa
si-konsep-dasar-dan-aplikasinya.html (diakses tanggal 28 September
2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar