Minggu, 28 April 2013

16. Kepemimpinan Dan Organisasi Pendidikan



A. Pengertian Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata leader. Kata leader muncul pada tahun 1300-an, sedangkan kata leadership muncul belakangan sekitar tahun 1700-an. Dalam definisi secara luas, kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Pengorganisasian dapat diartikan juga sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Kerjasama itulah yang menetapkan adanya eksistensi organisasi, tanpa adanya kerja sama, walaupun orang itu berkumpul bersama, bukanlah organisasi. Berbagai definisi dikemukakan oleh pakar organisasi, antara lain :
1. Prof. Dr. S.P. Siagian
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk tujuan bersama, bukanlah dalam persekutuan. Dalam hal ini selalu terdapat hubungan antara seorang/kelompok yang disebut pimpinan dan seorang/kelompok orang yang disebut bawahan.
2. Chester I. Barnard
Organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerja sama dua orang atau lebih, sesuatu yang tak berwujud dan bersifat pribadi, sebagian besar mengenai hubungan-hubungan.
3. James D. Mooney
Organisasi itu adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai sesuatu tujuan bersama.
Dari definisi-definisi tersebut dapat kita lihat, bahwa para pakar melihat organisasi dari berbagai pandangan, seperti : James D. Mooney dan John D. Millet melihat organisasi sebagai kumpulan orang. Sedangkan Chester I. Barnard, Herbert A. Simon dan Fermont A. Kast, dan James Rosenweig melihat organisasi dari sistem kerja sama, sistem hubungan atau sistem sosial.
B. Peran Kepemimpinan dalam Organisasi Kependidikan
Adapun peran kepemimpinan adalah sebagai suatu pengorganisasian yang merupakan susunan prosedur, tata kerja, tata laksana, dan hal-hal yang mengatur organisasi itu agar bisa berjalan lancar. Melalui pengorganisasian diatur pembagian kerja, hubungan kerja, struktur kerja dan pendelegasian wewenang.
Selain itu dalam kehidupan organisasi kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Tetapi untuk merumuskan apa yang dimaksud fungsi kepemimpinan adalah sama sulitnya memberikan definisi tentang kepemimpinan itu sendiri.
Kesulitan ini terjadi sebab kepemimpinan menarik perhatian para pakar untuk menelitinya, sehingga melahirkan penelitian kepemimpinan yang berbeda-beda, hampir sebanyak mereka para pakar yang melakukan penelitian. Masing-masing hasil penelitian berdiri sendiri tidak saling terkait sesuai dengan latar belakang konsep yang dimiliki oleh para pakar. Timbullah berbagai macam pendekatan di bidang kepemimpinan, lahirlah pendekatan sifat, perilaku, situasi dan pendekatan kontingensi. Walaupun demikian, untuk lebih memahami fungsi kepemimpinan lebih lanjut perlu lebih dulu mempelajari makna yang terkandung dalam definisi.
Ada beberapa definisi tentang pemimpin yang mana dari definisi-definisi tersebut mengandung indikasi bahwa serangkaian tugas yang perlu dilaksanakan oleh seorang pemimpin, adalah :
1. Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan
2. Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain
3. Dengan berbagai cara mempengaruhi orang lain
4. Seorang pemimpin adalah seorang besar yang dikagumi dan mempesona dan dibanggakan.
Sedang dari definisi berikutnya memberikan indikasi bahwa :
1. Seorang pemimpin berfungsi sebagai orang yang mampu menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampilan kelompok
2. Seorang pemimpin berfungsi menggerakkan orang lain sehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Fungsi menurut pendapat kedua pakar adalah sebagai berikut :
1. James A.F. Stoner
Berpendapat bahwa seorang pemimpin mempunyai 2 fungsi pokok, yaitu :
a. Task related atau problem solving function, dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat.
b. Group maintenance function atau social function meliputi pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain.
2. Selznick yang disitir oleh Richard H. Hall dalam bukunya yang berjudul Organization Structure and Process (1982).
Ada empat macam tugas penting seorang pemimpin:
a) Mendefinisikan misi dan peranan organisasi (involves the definition of the institutional organizational mission and role)
b) Seorang pemimpin adalah pengejawantahan tujuan organisasi (the institutional embodiment of purpose)
c) Mempertahankan keutuhan organisasi (to defend the organization’s integration)
d) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi (the ordering of internal conflict).
C. Tipologi Kepemimpinan
Menurut Siagian, tipologi kepemimpinan meliputi :
Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut : menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut: dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; sukar menerima kritikan dari bawahannya; menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); Jarang bisa memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya para umumnya mempunyai pengikut yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural power). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng’.
Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
KESIMPULAN
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjasama dengan menggunakan kekuasaan.
Fungsi kepemimpinan hendaknya diartikan seperti motto Ki Hadjar Dewantara, yaitu di depan menjadi teladan, di tengah membina kemauan, di belakang menjadi pendorong atau memberi daya.
Dalam praktiknya, gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe atau tipologi kepemimpinan. Menurut Siagian, yaitu menjadi tipe otokratis, tipe militeristis, tipe paternalistis, tipe karismatik dan tipe demokratis yang semuanya bisa saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmodiwirio, Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT. Ardadizya, 2005.
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Grasindo, 2003.
Sumidjo, Wahyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar