A.
Pengertian Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari
bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata leader. Kata
leader muncul pada tahun 1300-an, sedangkan kata leadership muncul
belakangan sekitar tahun 1700-an. Dalam definisi secara luas, kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi serta
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Pengorganisasian dapat diartikan
juga sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Kerjasama itulah yang menetapkan
adanya eksistensi organisasi, tanpa adanya kerja sama, walaupun orang itu
berkumpul bersama, bukanlah organisasi. Berbagai definisi dikemukakan oleh
pakar organisasi, antara lain :
1.
Prof. Dr. S.P. Siagian
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang
atau lebih yang bekerja sama untuk tujuan bersama, bukanlah dalam persekutuan.
Dalam hal ini selalu terdapat hubungan antara seorang/kelompok yang disebut
pimpinan dan seorang/kelompok orang yang disebut bawahan.
2.
Chester I. Barnard
Organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas
kerja sama dua orang atau lebih, sesuatu yang tak berwujud dan bersifat
pribadi, sebagian besar mengenai hubungan-hubungan.
3.
James D. Mooney
Organisasi itu adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai sesuatu tujuan bersama.
Dari definisi-definisi tersebut
dapat kita lihat, bahwa para pakar melihat organisasi dari berbagai pandangan,
seperti : James D. Mooney dan John D. Millet melihat organisasi sebagai
kumpulan orang. Sedangkan Chester I. Barnard, Herbert A. Simon dan Fermont A.
Kast, dan James Rosenweig melihat organisasi dari sistem kerja sama, sistem
hubungan atau sistem sosial.
B.
Peran Kepemimpinan dalam Organisasi Kependidikan
Adapun peran kepemimpinan adalah
sebagai suatu pengorganisasian yang merupakan susunan prosedur, tata kerja,
tata laksana, dan hal-hal yang mengatur organisasi itu agar bisa berjalan
lancar. Melalui pengorganisasian diatur pembagian kerja, hubungan kerja,
struktur kerja dan pendelegasian wewenang.
Selain itu dalam kehidupan
organisasi kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Tetapi untuk merumuskan apa yang dimaksud fungsi kepemimpinan adalah sama
sulitnya memberikan definisi tentang kepemimpinan itu sendiri.
Kesulitan ini terjadi sebab
kepemimpinan menarik perhatian para pakar untuk menelitinya, sehingga
melahirkan penelitian kepemimpinan yang berbeda-beda, hampir sebanyak mereka
para pakar yang melakukan penelitian. Masing-masing hasil penelitian berdiri sendiri
tidak saling terkait sesuai dengan latar belakang konsep yang dimiliki oleh
para pakar. Timbullah berbagai macam pendekatan di bidang kepemimpinan,
lahirlah pendekatan sifat, perilaku, situasi dan pendekatan kontingensi.
Walaupun demikian, untuk lebih memahami fungsi kepemimpinan lebih lanjut perlu
lebih dulu mempelajari makna yang terkandung dalam definisi.
Ada beberapa definisi tentang
pemimpin yang mana dari definisi-definisi tersebut mengandung indikasi bahwa
serangkaian tugas yang perlu dilaksanakan oleh seorang pemimpin, adalah :
1.
Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan
2.
Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain
3.
Dengan berbagai cara mempengaruhi orang lain
4.
Seorang pemimpin adalah seorang besar yang dikagumi dan mempesona dan dibanggakan.
Sedang dari definisi berikutnya
memberikan indikasi bahwa :
1.
Seorang pemimpin berfungsi sebagai orang yang mampu menciptakan perubahan
secara efektif di dalam penampilan kelompok
2.
Seorang pemimpin berfungsi menggerakkan orang lain sehingga secara sadar orang
lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Fungsi menurut pendapat kedua pakar
adalah sebagai berikut :
1. James
A.F. Stoner
Berpendapat bahwa seorang pemimpin mempunyai 2 fungsi pokok,
yaitu :
a.
Task related atau problem solving function, dalam fungsi ini pemimpin
memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi
dan pendapat.
b.
Group maintenance function atau social function meliputi pemimpin membantu kelompok
beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi
anggota kelompok yang lain.
2. Selznick
yang disitir oleh Richard H. Hall dalam bukunya yang berjudul Organization
Structure and Process (1982).
Ada empat macam tugas penting seorang pemimpin:
a)
Mendefinisikan misi dan peranan organisasi (involves the definition of the
institutional organizational mission and role)
b)
Seorang pemimpin adalah pengejawantahan tujuan organisasi (the institutional
embodiment of purpose)
c)
Mempertahankan keutuhan organisasi (to defend the organization’s integration)
d)
Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi (the
ordering of internal conflict).
C.
Tipologi Kepemimpinan
Menurut Siagian, tipologi
kepemimpinan meliputi :
Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis
ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut : menganggap
organisasi sebagai pemilik pribadi; mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi; menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat; terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya;
dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu
bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan
seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis
ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut: dalam menggerakkan
bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; dalam menggerakkan
bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; senang pada formalitas
yang berlebih-lebihan; menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
sukar menerima kritikan dari bawahannya; menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.
Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong
sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai
berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap
terlalu melindungi (overly protective); Jarang bisa memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
dan sering bersikap maha tahu.
Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli
manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin
memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya
tarik yang amat besar, dan karenanya para umumnya mempunyai pengikut yang
sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan
tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka
sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan
gaib (supra natural power). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak
dapat dipergunakan sebagai kriteria karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya,
Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F. Kennedy adalah
seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu
terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat
digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng’.
Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan
telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat
untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang termulia di
dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada mengutamakan kerjasama dan teamwork
dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya
kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan
itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa
untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena
pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua
pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
KESIMPULAN
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjasama dengan
menggunakan kekuasaan.
Fungsi kepemimpinan hendaknya diartikan seperti motto Ki
Hadjar Dewantara, yaitu di depan menjadi teladan, di tengah membina kemauan, di
belakang menjadi pendorong atau memberi daya.
Dalam praktiknya, gaya kepemimpinan berkembang menjadi
beberapa tipe atau tipologi kepemimpinan. Menurut Siagian, yaitu menjadi tipe
otokratis, tipe militeristis, tipe paternalistis, tipe karismatik dan tipe
demokratis yang semuanya bisa saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmodiwirio, Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia,
Jakarta: PT. Ardadizya, 2005.
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: PT.
Grasindo, 2003.
Sumidjo, Wahyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar