Minggu, 28 April 2013

22. Dinamika Komunikasi dalam Organisasi Mahasiswa



Latar Belakang
Tak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu manusia saling berinteraksi, berkomunikasi hingga membentuk organisasi bersama. Organisasi terbentuk karena adanya kesamaan tujuan yang dimiliki tiap anggota.
Orang yang tertarik untuk bergabung dalam suatu organisasi memilki alasan yang beragam. Ada yang karena alasan profit, tuntutan profesi, penyebaran ideologi maupun pemenuhan kebutuhan sosial. Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan utama manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohani adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang baik dengan orang-orang lain. Maslow menyebutkan bahwa salah satu dari empat kebutuhan utama manusia adalah terfasilitasinya kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan (Tubbs and Moss, 2000: xii)
Hubungan yang hangat, ramah sangat dipengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Proses komunikasi yang kita lakukan tiap hari berfungsi untuk memupuk dan memelihara hubungan kita dengan lingkungan. Oleh sebab itu ketrampilan berkomunikasi memiliki arti penting dalam kehidupan organisasi. Bahkan bisa dikatakan, ibarat organisasi adalah tubuh makhluk hidup maka komunikasi adalah darah yang mengalir dalam tubuh organisasi tersebut.
Littlejohn (2002) menjelaskan bahwa komunikasi berlangsung dalam tingkatan konteks yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan yang terakhir komunikasi massa. Pembagian tingkatan komunikasi tersebut tidak bersifat terpisah satu sama lain. Pada tingkatan yang lebih tinggi, komunikasi juga mencakup bentuk-bentuk komunikasi pada tingkatan yang lebih rendah. Dengan begitu bisa dipahami bahwa dalam komunikasi organisasi, terdapat pula komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal yang terjadi di dalamnya. Selain kedua bentuk komunikasi tersebut, dalam komunikasi organisasi juga memiliki iklim komunikasi, budaya organisasi serta jenis komunikasi lainnya.
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM adalah salah satu organisasi kemahasiswaan yang cukup populer. Layaknya sebuah pemerintahan suatu negara, BEM KM adalah lembaga eksekutif yang bertanggung jawab mengelola kegiatan kemahasiswaan serta mewakili kepentingan mahasiswa di hadapan rektorat. Individu-individu yang tergabung dalam BEM KM terdiri dari berbagai latar belakang baik secara akademis, ideologis maupun budaya. Interaksi antarindividu yang beragam dalam BEM KM ini sudah barang tentu akan melahirkan keunikan budaya tersendiri, yang mungkin tidak terdapat dalam organisasi lain
Rumusan Masalah
Tulisan berikut bermaksud untuk melihat fenomena komunikasi apa yang ada serta bagaimana dinamika komunikasi yang terjadi dalam organisasi BEM KM UGM. Selanjutnya akan dibahas mengenai hambatan komunikasi yang ada dalam organisasi.
Kerangka Pemikiran
Budaya Organisasi
Organisasi, dipandang sebagai sebuah budaya, memberi peluang untuk penafsiran budaya. Sebuah organisasi, yang mana bisa jadi merupakan cara pandang anggotanya, menciptakan realitas bersama yang berbeda dari budaya lainnya. Morgan (1986: 128) menjelaskan :
Pemaknaan bersama, pemahaman bersama dan menciptakan perasaan bersama adalah cara yang berbeda untuk menggambarkan budaya. berbicara tentang budaya berarti berbicara tentang sebuah proses penmbentukan realitas yang memungkinkan orang untuk melihat dan memahami kejadian khusus, tindakan, objek, ucapan dan situasi dalam cara yang unik
Budaya organisasi terbentuk melalui interaksi antaranggota. Tindakan berorientasi tugas tidak hanya untuk segera mencapai tujuan tetapi juga menciptakan atau meneguhkan cara-cara tertentu untuk memahami pengalaman.
Ada banyak indikator yang bisa digunakan untuk melihat dengan apa anggota organisasi menciptakan dan menunjukkan pemahaman mereka atas peristiwa-peristiwa dalam organisasi. Beberapa diantara indikator tersebut antara lain kosakata yang dibentuk dan dipakai, fakta yang diterima, kegiatan, metafora, cerita dan ritual organisasi. Semua itu adalah capaian atau kinerja karena mempertontonkan pengalaman langsung dari kelompok. Bagaimanapun, performa, layaknya permainan panggung, adalah sebuah pemenuhan. Mereka membawa sesuatu tentang kenyataan dari budaya (Pacanowsky and O’Donnell-Trujillo,1983).
Ada empat karakteristik dari kinerja komunikasi (ibid) yaitu :
1. komunikasi bersifat interaksional, lebih mirip dialog daripada percakapan diri sendiri (soliqui).
2. kontekstual, komunikasi tidak bisa dilihat sebagai tindakan yang independen melainkan selalu melekat dalam kerangka kegiatan yang lebih luas.
3. kinerja adalah peristiwa (episode), kinerja komunikasi adalah kejadian yang memiliki permulaan dan akhiran.
4. kinerja komunikasi terimprovisasikan, ada fleksibilitas tentang bagaimana peristiwa dimainkan.
Jenis Komunikasi Organisasi
Bila komunikasi dianggap faktor penting bagi keberhasilan organisasi maka menentukan jenis komunikasi yang penting dalam organisasi pun menjadi hal yang penting pula. Dennis (1975) menemukan lima faktor yang dianggap paling penting oleh anggota organisasi dalam berkomunikasi. Kelima faktor tersebut adalah
  1. Komunikasi atasan dengan bawahan, komunikasi dari atasan ini akan menjadi lebih efektif bila antara atasan dengan bawahan dapat menjalin hubungan saling mempercayai dan mendukung.
  2. komunikasi ke bawah, yaitu penyampaian pesan dari atasan kepada pekerja. Bisa berupa memo, tatap muka dan lain sebagainya.
  3. komunikasi ke atas, yaitu penyampaian pesan dari bawahan kepada atasan. Biasanya berupa laporan kerja
  4. komunikasi horisontal, komunikasi yang terjadi antarpekerja dalam tingkatan struktur yang sama, biasanya berbentuk gosip, selentingan
  5. komunikasi nonformal, bisa diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan di luar bentuk formal semacam rapat.
Pembahasan
Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM merupakan organisasi intrakampus di tingkat universitas. BEM KM memiliki fokus kajian lebih pada pergerakan mahasiswa. Banyak mahasiswa menyamakan BEM KM sebagai unit kegiatan mahasiswa di bidang politik.
Layaknya sebuah pemerintahan negara, mekanisme suksesi presiden BEM juga melalui pemilihan umum oleh mahasiswa. Calon presiden harus didukung oleh partai-partai dari mahasiswa yang biasanya berbasis organisasi ekstra-kampus seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), KAMMI, GMNI, FMN, LMND dan lain-lain. Organisasi-organisasi tersebut memiliki paradigma dan ideologi pergerakan yang berbeda. Beberapa periode terakhir, presiden yang terpilih adalah kader dari KAMMI yang notabene berbasis Islam.
Setelah terpilih presiden BEM KM, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan susunan kabinet. Merupakan hak prerogatif presiden untuk memilih siapa yang berhak duduk di jajaran menteri kabinet yang akan membawahi departemen. Namun dalam kenyataannya, komposisi menteri ini merupakan hasil kompromi politik antargolongan mahasiswa. Sehingga muncul istilah kabinet ‘kabinet kanan pol kiri mentok’ yang kira-kira bisa diartikan bahwa menteri dalam kabinet merupakan gabungan mahasiswa berideologi ‘kiri’ (sosialis) dan golongan ‘kanan’ (Islam puritan).
Selain Menteri dan deputi masing-masing departemen, staf BEM KM direkrut melalui proses seleksi terbuka. Dilihat asal fakultas, lebih dari 50 % staf BEM KM tahun 2007 diisi oleh mahasiswa dari jurusan ilmu non-sosial. Sedangkan dari tahun angkatan, paling banyak dari mahasiswa angkatan 2006 disusul 2005, 2004 dan yang paling sedikit tentunya angkatan 2003.
Dengan kacamata budaya, interaksi yang terjadi antaranggota anggota akan melahirkan apa yang disebut budaya organisasi. Budaya dari kelompok dominan tentu akan lebih mewarnai budaya organisasi secara keseluruhan. Indikator untuk melihat budaya organisasi bisa diamati dari kata-kata yang digunakan, penampilan, aktivitas, cerita, kebiasaan.
Dalam kasus ini, kelompok yang dominan dalam tubuh BEM KM adalah dari organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Indikasi budaya dominan ini terlihat dari penggunaan istilah bahasa Arab seperti ‘antum’ sebagai kata ganti kamu, ‘syuro’ sebagai kata ganti rapat serta ucapan-ucapan bahasa Arab yang khas. Sedangkan dari penampilan, terlihat dari pakaian yang dikenakan beberapa pengurus perempuan yaitu dengan memakai baju besar, bawahan panjang menyapu lantai dan jilbab ukuran jumbo menutupi kedua lengan.
Namun dominasi satu budaya tidak sepenuhnya mutlak dari satu pihak. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa interaksi adalah proses saling berbagi makna, saling mempengaruhi antarpihak. Dengan kata lain seberapapun kuatnya budaya dominan, ia akan terpengaruh oleh budaya lain meskipun sedikit.
Sebagai buktinya adalah upaya BEM KM untuk melakukan jejaring dengan organisasi lain dari golongan ‘kiri’ (melakukan aksi bersama organisasi kaum buruh, miskin kota) suatu hal yang tidak dilakukan oleh pendahulu mereka. Hal ini merupakan perubahan besar dalam tubuh BEM KM sendiri karena selama ini citra BEM adalah organisasi elit yang dikuasai golongan tertentu.
Bahasan lain tentang komunikasi organisasi BEM KM adalah mengenai jenis komunikasi yang digunakan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa jenis komunikasi terpenting dalam organisasi meliputi pertama, komunikasi antara atasan dengan bawahan. Hingga saat ini tidak ada masalah yang cukup berarti dalam hal komunikasi karena dari segi usia antara presiden, menteri maupun staf tidak terpaut jauh. Antar anggota sudah seperti teman sendiri. Apalagi seringkali berinteraksi secara nonformal seperti menonton TV bersama, bercanda, piknik bersama cukup mampu mencairkan suasana.
Justru yang menjadi kendala adalah komunikasi horisontal antar staf, khususnya bila berada di departemen yang berlainan. Di samping masalah besarnya jumlah anggota departemen, yang menjadi penyebab utama adalah tidak adanya momen yang memberi kesempatan staf antar departemen untuk saling berinteraksi. Tiap departemen disibukkan oleh agenda kerja masing-masing dan mengabaikan agenda departemen lain.
Sebagai penutup tulisan, penulis hanya ingin menegaskan kembali bahwa organisasi, apapun tujuan dan bentuknya, ia tetaplah kumpulan individu dengan beragam karakter. Interaksi antar-individu dalam organisasilah yang akan menentukan budaya organisasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar