Latar Belakang
Tak
bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu manusia saling
berinteraksi, berkomunikasi hingga membentuk organisasi bersama. Organisasi
terbentuk karena adanya kesamaan tujuan yang dimiliki tiap anggota.
Orang
yang tertarik untuk bergabung dalam suatu organisasi memilki alasan yang
beragam. Ada yang karena alasan profit, tuntutan profesi, penyebaran ideologi
maupun pemenuhan kebutuhan sosial. Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan
utama manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohani adalah
kebutuhan akan hubungan sosial yang baik dengan orang-orang lain. Maslow
menyebutkan bahwa salah satu dari empat kebutuhan utama manusia adalah
terfasilitasinya kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa aman lewat rasa
memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima
persahabatan (Tubbs and Moss, 2000: xii)
Hubungan
yang hangat, ramah sangat dipengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Proses komunikasi yang kita lakukan tiap hari berfungsi
untuk memupuk dan memelihara hubungan kita dengan lingkungan. Oleh sebab itu
ketrampilan berkomunikasi memiliki arti penting dalam kehidupan organisasi.
Bahkan bisa dikatakan, ibarat organisasi adalah tubuh makhluk hidup maka
komunikasi adalah darah yang mengalir dalam tubuh organisasi tersebut.
Littlejohn
(2002) menjelaskan bahwa komunikasi berlangsung dalam tingkatan konteks yaitu
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan yang
terakhir komunikasi massa. Pembagian tingkatan komunikasi tersebut tidak
bersifat terpisah satu sama lain. Pada tingkatan yang lebih tinggi, komunikasi
juga mencakup bentuk-bentuk komunikasi pada tingkatan yang lebih rendah. Dengan
begitu bisa dipahami bahwa dalam komunikasi organisasi, terdapat pula
komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal yang terjadi di dalamnya.
Selain kedua bentuk komunikasi tersebut, dalam komunikasi organisasi juga
memiliki iklim komunikasi, budaya organisasi serta jenis komunikasi lainnya.
Badan
Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM adalah salah satu
organisasi kemahasiswaan yang cukup populer. Layaknya sebuah pemerintahan suatu
negara, BEM KM adalah lembaga eksekutif yang bertanggung jawab mengelola
kegiatan kemahasiswaan serta mewakili kepentingan mahasiswa di hadapan
rektorat. Individu-individu yang tergabung dalam BEM KM terdiri dari berbagai
latar belakang baik secara akademis, ideologis maupun budaya. Interaksi
antarindividu yang beragam dalam BEM KM ini sudah barang tentu akan melahirkan
keunikan budaya tersendiri, yang mungkin tidak terdapat dalam organisasi lain
Rumusan
Masalah
Tulisan
berikut bermaksud untuk melihat fenomena komunikasi apa yang ada serta
bagaimana dinamika komunikasi yang terjadi dalam organisasi BEM KM UGM.
Selanjutnya akan dibahas mengenai hambatan komunikasi yang ada dalam
organisasi.
Kerangka Pemikiran
Budaya Organisasi
Organisasi,
dipandang sebagai sebuah budaya, memberi peluang untuk penafsiran budaya.
Sebuah organisasi, yang mana bisa jadi merupakan cara pandang anggotanya,
menciptakan realitas bersama yang berbeda dari budaya lainnya. Morgan (1986:
128) menjelaskan :
Pemaknaan
bersama, pemahaman bersama dan menciptakan perasaan bersama adalah cara yang
berbeda untuk menggambarkan budaya. berbicara tentang budaya berarti berbicara
tentang sebuah proses penmbentukan realitas yang memungkinkan orang untuk
melihat dan memahami kejadian khusus, tindakan, objek, ucapan dan situasi dalam
cara yang unik
Budaya
organisasi terbentuk melalui interaksi antaranggota. Tindakan berorientasi
tugas tidak hanya untuk segera mencapai tujuan tetapi juga menciptakan atau
meneguhkan cara-cara tertentu untuk memahami pengalaman.
Ada
banyak indikator yang bisa digunakan untuk melihat dengan apa anggota
organisasi menciptakan dan menunjukkan pemahaman mereka atas
peristiwa-peristiwa dalam organisasi. Beberapa diantara indikator tersebut
antara lain kosakata yang dibentuk dan dipakai, fakta yang diterima, kegiatan,
metafora, cerita dan ritual organisasi. Semua itu adalah capaian atau kinerja
karena mempertontonkan pengalaman langsung dari kelompok. Bagaimanapun,
performa, layaknya permainan panggung, adalah sebuah pemenuhan. Mereka membawa
sesuatu tentang kenyataan dari budaya (Pacanowsky and O’Donnell-Trujillo,1983).
Ada
empat karakteristik dari kinerja komunikasi (ibid) yaitu :
1. komunikasi bersifat interaksional, lebih mirip dialog
daripada percakapan diri sendiri (soliqui).
2. kontekstual, komunikasi tidak bisa dilihat sebagai
tindakan yang independen melainkan selalu melekat dalam kerangka kegiatan yang
lebih luas.
3. kinerja adalah peristiwa (episode), kinerja
komunikasi adalah kejadian yang memiliki permulaan dan akhiran.
4. kinerja komunikasi terimprovisasikan, ada fleksibilitas
tentang bagaimana peristiwa dimainkan.
Jenis
Komunikasi Organisasi
Bila
komunikasi dianggap faktor penting bagi keberhasilan organisasi maka menentukan
jenis komunikasi yang penting dalam organisasi pun menjadi hal yang penting
pula. Dennis (1975) menemukan lima faktor yang dianggap paling penting oleh
anggota organisasi dalam berkomunikasi. Kelima faktor tersebut adalah
- Komunikasi atasan dengan bawahan, komunikasi dari atasan ini akan menjadi lebih efektif bila antara atasan dengan bawahan dapat menjalin hubungan saling mempercayai dan mendukung.
- komunikasi ke bawah, yaitu penyampaian pesan dari atasan kepada pekerja. Bisa berupa memo, tatap muka dan lain sebagainya.
- komunikasi ke atas, yaitu penyampaian pesan dari bawahan kepada atasan. Biasanya berupa laporan kerja
- komunikasi horisontal, komunikasi yang terjadi antarpekerja dalam tingkatan struktur yang sama, biasanya berbentuk gosip, selentingan
- komunikasi nonformal, bisa diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan di luar bentuk formal semacam rapat.
Pembahasan
Organisasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM merupakan organisasi
intrakampus di tingkat universitas. BEM KM memiliki fokus kajian lebih pada
pergerakan mahasiswa. Banyak mahasiswa menyamakan BEM KM sebagai unit kegiatan
mahasiswa di bidang politik.
Layaknya
sebuah pemerintahan negara, mekanisme suksesi presiden BEM juga melalui
pemilihan umum oleh mahasiswa. Calon presiden harus didukung oleh partai-partai
dari mahasiswa yang biasanya berbasis organisasi ekstra-kampus seperti
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia
(HMI), KAMMI, GMNI, FMN, LMND dan lain-lain. Organisasi-organisasi tersebut
memiliki paradigma dan ideologi pergerakan yang berbeda. Beberapa periode
terakhir, presiden yang terpilih adalah kader dari KAMMI yang notabene berbasis
Islam.
Setelah
terpilih presiden BEM KM, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan susunan
kabinet. Merupakan hak prerogatif presiden untuk memilih siapa yang berhak
duduk di jajaran menteri kabinet yang akan membawahi departemen. Namun dalam
kenyataannya, komposisi menteri ini merupakan hasil kompromi politik
antargolongan mahasiswa. Sehingga muncul istilah kabinet ‘kabinet kanan pol
kiri mentok’ yang kira-kira bisa diartikan bahwa menteri dalam kabinet
merupakan gabungan mahasiswa berideologi ‘kiri’ (sosialis) dan golongan ‘kanan’
(Islam puritan).
Selain
Menteri dan deputi masing-masing departemen, staf BEM KM direkrut melalui
proses seleksi terbuka. Dilihat asal fakultas, lebih dari 50 % staf BEM KM
tahun 2007 diisi oleh mahasiswa dari jurusan ilmu non-sosial. Sedangkan dari
tahun angkatan, paling banyak dari mahasiswa angkatan 2006 disusul 2005, 2004
dan yang paling sedikit tentunya angkatan 2003.
Dengan
kacamata budaya, interaksi yang terjadi antaranggota anggota akan melahirkan
apa yang disebut budaya organisasi. Budaya dari kelompok dominan tentu akan
lebih mewarnai budaya organisasi secara keseluruhan. Indikator untuk melihat
budaya organisasi bisa diamati dari kata-kata yang digunakan, penampilan,
aktivitas, cerita, kebiasaan.
Dalam
kasus ini, kelompok yang dominan dalam tubuh BEM KM adalah dari organisasi
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Indikasi budaya dominan ini
terlihat dari penggunaan istilah bahasa Arab seperti ‘antum’ sebagai kata ganti
kamu, ‘syuro’ sebagai kata ganti rapat serta ucapan-ucapan bahasa Arab yang
khas. Sedangkan dari penampilan, terlihat dari pakaian yang dikenakan beberapa
pengurus perempuan yaitu dengan memakai baju besar, bawahan panjang menyapu
lantai dan jilbab ukuran jumbo menutupi kedua lengan.
Namun
dominasi satu budaya tidak sepenuhnya mutlak dari satu pihak. Seperti dikatakan
sebelumnya bahwa interaksi adalah proses saling berbagi makna, saling
mempengaruhi antarpihak. Dengan kata lain seberapapun kuatnya budaya dominan,
ia akan terpengaruh oleh budaya lain meskipun sedikit.
Sebagai
buktinya adalah upaya BEM KM untuk melakukan jejaring dengan organisasi lain
dari golongan ‘kiri’ (melakukan aksi bersama organisasi kaum buruh, miskin
kota) suatu hal yang tidak dilakukan oleh pendahulu mereka. Hal ini merupakan
perubahan besar dalam tubuh BEM KM sendiri karena selama ini citra BEM adalah
organisasi elit yang dikuasai golongan tertentu.
Bahasan
lain tentang komunikasi organisasi BEM KM adalah mengenai jenis komunikasi yang
digunakan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa jenis komunikasi terpenting
dalam organisasi meliputi pertama, komunikasi antara atasan dengan bawahan.
Hingga saat ini tidak ada masalah yang cukup berarti dalam hal komunikasi
karena dari segi usia antara presiden, menteri maupun staf tidak terpaut jauh.
Antar anggota sudah seperti teman sendiri. Apalagi seringkali berinteraksi
secara nonformal seperti menonton TV bersama, bercanda, piknik bersama cukup
mampu mencairkan suasana.
Justru
yang menjadi kendala adalah komunikasi horisontal antar staf, khususnya bila
berada di departemen yang berlainan. Di samping masalah besarnya jumlah anggota
departemen, yang menjadi penyebab utama adalah tidak adanya momen yang memberi
kesempatan staf antar departemen untuk saling berinteraksi. Tiap departemen
disibukkan oleh agenda kerja masing-masing dan mengabaikan agenda departemen
lain.
Sebagai
penutup tulisan, penulis hanya ingin menegaskan kembali bahwa organisasi,
apapun tujuan dan bentuknya, ia tetaplah kumpulan individu dengan beragam
karakter. Interaksi antar-individu dalam organisasilah yang akan menentukan
budaya organisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar