Senin, 29 April 2013

30. Peran Komunikasi Dalam Organisasi Pendidikan



Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang penting, karena setiap saat semua orang atau kelompok sudah tentu melakukan interaksi. 
Bila tak ada komunikasi maka yang akan terjadi dalam kehidupan adalah ketidakharmonisan maupun ketidakcocokkan. Memang setiap orang akan memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda-be­da, tetapi ide tersebut bisa dipersatukan me­lalui komunikasi. Bila tetap berbeda ma­­ka itu menjadi suatu hal yang biasa di alam demokrasi. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun komu­nikasi itu yang menyenangkan sehingga tujuan bisa tercapai, meski ada perbedaan pendapat. Bila komunikasi tidak berjalan de­ngan baik maka bisa menghambat suatu roda organisasi. Hal ini pun bisa terjadi dalam dunia pendidikan. Bahkan semua bidang disiplin ilmu pasti membutuhkan yang na­manya komunikasi. Disinilah pentingnya membangun komu­nikasi yang. Secara harfiah, komunikasi dapat diartikan sebagai kesamaan makna dalam menyampaikan suatu pesan. Lebih jelas bahwa dalam berkomunikasi itu dibi­carakan suatu topik yang sama.  Kata atau istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris adalah commu­nication. Secara etimo­logis atau asal katanya adalah dari bahasa Latin yakni commu­nicatus, dan perkataan ini ber­sumber pada kata communis. Dalam kata communis ini me­miliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesa­maan makna. (Adi Prakosa). Dalam Kamus Inggris Indonesia (John M. Echlos:1996) ditemukan kata communication, yang berarti hubungan, komunikasi, pem­beritahuan, pengumuman, dan sebagainya.  Yang jelas komunikasi itu lebih kepada menyampaikan suatu pe­san yang dilakukan oleh komunikator (orang yang me­nyam­paikan pesan) kepada ko­munikan (penerima pesan) yang disertai sarana untuk mencapai suatu tujuan dengan ditandai adanya reaksi dari komunikan itu dalam merespon isi pesan tersebut. Karena dalam komunikasi harus ada timbal balik (feed back) antara komu­nikator dengan komunikan.  Begitu juga dengan pendidikan membutuhkan komunikasi yang baik, sehingga apa yang disam­paikan, dalam hal ini materi pelajaran, oleh komunikator (guru) kepada komunikan (siswa) bisa dicerna dengan optimal, sehingga tujuan pen­di­dikan yang ingin dicapai bisa terwujud.
Terkait komunikasi dalam pen­didikan, ada sejumlah orang ya­ng berperan yakni guru dan siswa. Guru merupakan orang yang dianggap mampu mentransfer materi ajar, gagasan, wawasan lainnya kepada siswa haruslah dipandang sebagai sebuah proses belajar mengajar. Tetapi guru juga tidak boleh anti kritik. Justru dengan kritik dan saran itu akan menambah wawa­san lain dan timbal balik dalam belajar akan semakin hidup dan menyenangkan. Jangan sampai guru memiliki sifat otoriter atas semua kebijakan di sekolah saat mengajar. Jangan jadikan siswa sebagai objek. Justru sebaliknya, siswa harus dijadikan subjek dalam sebuah pembelajaran.  Di sinilah pentingnya seorang guru memiliki komunikasi yang lancar, baik dan mampu mengge­rakkan siswa untuk melakukan interaksi. Membuat suasana be­lajar menyenangkan, nyaman, dan tak tertekan. Guru bukan hanya sebagai orang yang me­ngajar, tetapi lebih dari itu yakni sebagai orang tua, rekan, maupun sahabat. Karena ada siswa yang tidak mau terbuka kepada orang tua, tetapi kepada guru bisa terbuka terkait dengan persoalan atau masalah yang sedang di­hadapinya, sehingga rasa kasih sayang dari seorang guru kepada siswa akan menjadikan motivasi tersendiri. Kemudian guru yang berperan sebagai teman harus mampu membuat siswa bergaul dengan leluasa dalam artian ada batasnya. Jelas ini akan me­nambah percaya diri siswa dalam belajar. Karena pada hakikatnya tujuan komunikasi itu adalah bagaimana bisa dan mampu merubah suatu sikap (attitude), pendapat (opinion), perilaku (behavior), ataupun perubahan secara sosial (social change).  Perubahan sikap seorang komunikan (siswa) setelah materi dari guru (komunikator) ter­gambar bagaimana sikap siswa itu dalam keseharian baik di sekolah maupun lingkungannya. Tentunya perubahan itu ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Kemudian perubahan pendapat siswa akan terjadi bila gagasan yang diberikan guru bersifat global. Jelas siswa akan me­nangkap materi ajar itu berbeda-beda, siswa akan mampu menafsirkan apa yang diajarkan oleh guru tadi yang kemudian bisa mengeluarkan penadapat atau beropini. Begitu juga dengan perubahan prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya apakah prilaku siswa sudah sesuai apa yang dicontohkan di sekolah, misalnya cuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum tidur dan lain-lain. Yang tak kalah pentingnya adalah perubahan sosial, karena persoalan ini lebih kepada hubungan interpersonal, menjadikan hubungan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
  1. Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004).
  2. Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).
  3. Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP, 1983).
  4. I. Nyoman Bertha, Filsafat dan Toeri Pendidikan, (Bandung : FIP IKIP. 1983).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar