Komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari memegang peranan yang penting, karena setiap saat semua
orang atau kelompok sudah tentu melakukan interaksi.
Bila tak ada komunikasi maka yang akan terjadi dalam kehidupan adalah ketidakharmonisan maupun ketidakcocokkan. Memang setiap orang akan memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda-beda, tetapi ide tersebut bisa dipersatukan melalui komunikasi. Bila tetap berbeda maka itu menjadi suatu hal yang biasa di alam demokrasi. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun komunikasi itu yang menyenangkan sehingga tujuan bisa tercapai, meski ada perbedaan pendapat. Bila komunikasi tidak berjalan dengan baik maka bisa menghambat suatu roda organisasi. Hal ini pun bisa terjadi dalam dunia pendidikan. Bahkan semua bidang disiplin ilmu pasti membutuhkan yang namanya komunikasi. Disinilah pentingnya membangun komunikasi yang. Secara harfiah, komunikasi dapat diartikan sebagai kesamaan makna dalam menyampaikan suatu pesan. Lebih jelas bahwa dalam berkomunikasi itu dibicarakan suatu topik yang sama. Kata atau istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris adalah communication. Secara etimologis atau asal katanya adalah dari bahasa Latin yakni communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. (Adi Prakosa). Dalam Kamus Inggris Indonesia (John M. Echlos:1996) ditemukan kata communication, yang berarti hubungan, komunikasi, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya. Yang jelas komunikasi itu lebih kepada menyampaikan suatu pesan yang dilakukan oleh komunikator (orang yang menyampaikan pesan) kepada komunikan (penerima pesan) yang disertai sarana untuk mencapai suatu tujuan dengan ditandai adanya reaksi dari komunikan itu dalam merespon isi pesan tersebut. Karena dalam komunikasi harus ada timbal balik (feed back) antara komunikator dengan komunikan. Begitu juga dengan pendidikan membutuhkan komunikasi yang baik, sehingga apa yang disampaikan, dalam hal ini materi pelajaran, oleh komunikator (guru) kepada komunikan (siswa) bisa dicerna dengan optimal, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai bisa terwujud.
Bila tak ada komunikasi maka yang akan terjadi dalam kehidupan adalah ketidakharmonisan maupun ketidakcocokkan. Memang setiap orang akan memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda-beda, tetapi ide tersebut bisa dipersatukan melalui komunikasi. Bila tetap berbeda maka itu menjadi suatu hal yang biasa di alam demokrasi. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun komunikasi itu yang menyenangkan sehingga tujuan bisa tercapai, meski ada perbedaan pendapat. Bila komunikasi tidak berjalan dengan baik maka bisa menghambat suatu roda organisasi. Hal ini pun bisa terjadi dalam dunia pendidikan. Bahkan semua bidang disiplin ilmu pasti membutuhkan yang namanya komunikasi. Disinilah pentingnya membangun komunikasi yang. Secara harfiah, komunikasi dapat diartikan sebagai kesamaan makna dalam menyampaikan suatu pesan. Lebih jelas bahwa dalam berkomunikasi itu dibicarakan suatu topik yang sama. Kata atau istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris adalah communication. Secara etimologis atau asal katanya adalah dari bahasa Latin yakni communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. (Adi Prakosa). Dalam Kamus Inggris Indonesia (John M. Echlos:1996) ditemukan kata communication, yang berarti hubungan, komunikasi, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya. Yang jelas komunikasi itu lebih kepada menyampaikan suatu pesan yang dilakukan oleh komunikator (orang yang menyampaikan pesan) kepada komunikan (penerima pesan) yang disertai sarana untuk mencapai suatu tujuan dengan ditandai adanya reaksi dari komunikan itu dalam merespon isi pesan tersebut. Karena dalam komunikasi harus ada timbal balik (feed back) antara komunikator dengan komunikan. Begitu juga dengan pendidikan membutuhkan komunikasi yang baik, sehingga apa yang disampaikan, dalam hal ini materi pelajaran, oleh komunikator (guru) kepada komunikan (siswa) bisa dicerna dengan optimal, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai bisa terwujud.
Terkait komunikasi dalam
pendidikan, ada sejumlah orang yang berperan yakni guru dan siswa. Guru
merupakan orang yang dianggap mampu mentransfer materi ajar, gagasan, wawasan
lainnya kepada siswa haruslah dipandang sebagai sebuah proses belajar mengajar.
Tetapi guru juga tidak boleh anti kritik. Justru dengan kritik dan saran itu
akan menambah wawasan lain dan timbal balik dalam belajar akan semakin hidup
dan menyenangkan. Jangan sampai guru memiliki sifat otoriter atas semua
kebijakan di sekolah saat mengajar. Jangan jadikan siswa sebagai objek. Justru
sebaliknya, siswa harus dijadikan subjek dalam sebuah pembelajaran. Di
sinilah pentingnya seorang guru memiliki komunikasi yang lancar, baik dan mampu
menggerakkan siswa untuk melakukan interaksi. Membuat suasana belajar
menyenangkan, nyaman, dan tak tertekan. Guru bukan hanya sebagai orang yang mengajar,
tetapi lebih dari itu yakni sebagai orang tua, rekan, maupun sahabat. Karena
ada siswa yang tidak mau terbuka kepada orang tua, tetapi kepada guru bisa
terbuka terkait dengan persoalan atau masalah yang sedang dihadapinya,
sehingga rasa kasih sayang dari seorang guru kepada siswa akan menjadikan
motivasi tersendiri. Kemudian guru yang berperan sebagai teman harus mampu
membuat siswa bergaul dengan leluasa dalam artian ada batasnya. Jelas ini akan
menambah percaya diri siswa dalam belajar. Karena pada hakikatnya tujuan
komunikasi itu adalah bagaimana bisa dan mampu merubah suatu sikap (attitude),
pendapat (opinion), perilaku (behavior), ataupun perubahan secara sosial
(social change). Perubahan sikap seorang komunikan (siswa) setelah materi
dari guru (komunikator) tergambar bagaimana sikap siswa itu dalam keseharian
baik di sekolah maupun lingkungannya. Tentunya perubahan itu ke arah yang lebih
baik, bukan sebaliknya. Kemudian perubahan pendapat siswa akan terjadi bila
gagasan yang diberikan guru bersifat global. Jelas siswa akan menangkap materi
ajar itu berbeda-beda, siswa akan mampu menafsirkan apa yang diajarkan oleh
guru tadi yang kemudian bisa mengeluarkan penadapat atau beropini. Begitu juga
dengan perubahan prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya apakah prilaku
siswa sudah sesuai apa yang dicontohkan di sekolah, misalnya cuci tangan
sebelum makan, berdoa sebelum tidur dan lain-lain. Yang tak kalah pentingnya
adalah perubahan sosial, karena persoalan ini lebih kepada hubungan
interpersonal, menjadikan hubungan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
- Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004).
- Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).
- Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP, 1983).
- I. Nyoman Bertha, Filsafat dan Toeri Pendidikan, (Bandung : FIP IKIP. 1983).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar